Friday 30 May 2014

Catatan Pendakian Gunung Sindoro Via Kledung Temanggung


Sindoro sangat banyak memberikan pelajaran dan pengalaman yang mungkin sulit untuk dilupakan, Pada pendakian kali ini kami diajarkan bahwa manajemen waktu dan manajemen logistik sangat penting dalam sebuah pendakian Gunung besar. bagaimana pengalaman kami yang tak terlupakan itu akan saya ceritakan nanti. sebelumnya saya ceritakan awal mula mengapa kami memutuskan untuk mendaki si teman yang paling setia dari Sumbing, Sindoro.

Pendakian ke Sindoro ini sebenarnya hanyalah pelarian, karena pada mulanya aku dan dua temanku Sofan dan Guntur akan mendaki gunung Merapi, tapi lagi-lagi merapi menunjukkan bahwa ia lah Gunung api yang paling berbahaya di Indonesia dengan aktivitas erupsinya yang konon katanya merupakan siklus wajib setiap tahun, bahkan levelnya naik menjadi waspada. ini merupakan kegagalanku yang keduakali mendaki merapi setelah direncanakan matang, dulu awal april juga gagal lantaran hal serupa, bedanya waktu itu pelarianya ke spot golden sunrise Sikunir yang bertepat di Dieng. walaupun di Sikunir gagal sunrise

Angga, Fandi, Aku, Sofan, Iqbal (Guntur kameramen)

Akhirnya Sindoro lah Gunung pilihan kami, kebetulan saya dan guntur belum pernah ke Sindoro. menjelang hari H kami mendapat tambahan amunisi, mereka adalah Angga, fandi, dan iqbal. tak seperti biasanya yang berangkat jum'at malam, kami memutuskan untuk berangkat sabtu jam 3 sore, itu artinya kami akan mendaki pada malam hari sembari berharap ditemani jutaan bintang dan ribuan gemerlap lampu kota. karena pada pendakian merbabu dan sumbing kami sudah berjalan siang hari, kali ini kami ingin sensasi yang berbeda seperti pendakian ke Lawu dan Ungaran, yaitu berjalan digelapnya malam.

Eksis sebelum muncak
Singkat cerita seperti biasa On Time selalu menjadi musuh terbesar kami, kami berjanji bertemu di Pom banyumanik jam 3 sore, tapi apa daya kami baru berhasil kumpul jam 5 sore entah bagaimana bisa molor sampai dua jam, mengisi bensin plus ngobrol akhirnya baru berangkat menuju TKP pukul 6 sore, meleset 3 jam dari waktu semula. inilah awal mula dari  manajemen waktu yang buruk pada pendakian kali ini, efeknya nanti waktu pendakian adalah serba mepet ditengah kondisi tubuh yang tak bisa dipaksakan, apalagi kami terkenal sangat lambat dalam berjalan.

Tepat pukul 21.30 kami baru sampai base camp di Desa kledung wonosobo, itu karena waktunya dipotong untuk membeli keperluan logistik di Kota Wonosobo. sampai base camp masih sempat mengisi perut, buang air besar, lalu mengurus administrasi. akhirnya baru pukul 22.30 kami berangkat menuju Puncak idaman, sangat molor sekali dari apa yang kami targetkan yaitu berangkat dari base camp pukul 20.00. baru saja kami berjalan ada saja kejadian yang membuat kami tambah molor, baru sampai ladang penduduk hp fandi yang harganya 5 juta jatuh entah dimana, akhirnya aku dan angga membantu mencarinya, ketemu-ketemu di dekat base camp, sampai kembali ke ladang penduduk kami sudah membuang waktu 30 menit. 

Setelah tragedi hp fandi hilang kami baru benar-benar menikmati perjalanan malam kami, setelah habis ladang penduduk langsung di suguhi trek yang menanjak, tapi hanya sebentar karena langsung ketemu Pos 1 dengan ketinggian 1600 Mdpl, oh iya sebenarnya untuk mempersingkat waktu ada jasa ojek, katanya sih bisa mempersingkat waktu 1 jam dengan tarif Rp 11.000, tapi bukanya pelit tapi kami masih menghargai usaha kaki kami untuk berjalan menikmati suasana ladang penduduk.

Setelah Pos 1 perjalanan ke Pos 2 akan ada trek yang unik, tak seperti di Gunung-gunung lainya di Sindoro ada trek spesial, yaitu trek menurun yang sedikit mengejutkan kami berenam.sekitar 2 jam berjalan kami sampai Pos 2,  di selingi mulai lemasnya teman pemula kami fandi yang berulang kali mengeluh dan sempat meminta gantian carrier dengan iqbal, memang fandi baru pertama kali naik gunung, maka wajar banyak ngedumel ...hehe. di Pos 2 sedikit menikmati roti selai cokelat dan minum sekedarnya akhirnya perjalanan kami lanjutkan kembali.

Kami berencana nge-camp di Pos 4, tapi seiring kami berjalan fisik kami semakin tidak memungkinkan, apalagi setelah perjalanan jauh dari Semarang yang tentu menguras banyak tenaga, apalagi waktu itu menunjukkan pukul 4 pagi dan kami belum sampai pos 3, berulang kali kami istirahat karena keindahan jutaan bintang dan ribuan lampu kota yang berkerlipan dengan indahnya memaksa kami untuk terus-terusan lama menikmatinya, inilah sensasi kalau mendaki dimalam hari walaupun ngantuk dan dingin menjadi musuhnya. kebetulan waktu itu cuaca sangat cerah, Sumbing nan megah juga terlihat sangat gagah di belakang kami berjalan. sesekali aku mengarahkan senterku yang berbalas dari arah sumbing dengan balasan lampu senter yang sama, sangat menyenangkan berinteraksi dengan pendaki sumbing.

Menjelang sunrise

Akhirnya tepat pukul 04.30 kami berenam menginjakkan kaki di Pos 3, di Pos 3 ini sudah banyak tenda-tenda dari para pendaki yang sudah mendaki mendahului kami, sampai-sampai kami kesulitan untuk mencari lokasi yang kosong. setelah mencari ada satu semak-semak kosong yang sangat tidak layak untuk dibangun sebuah tenda, tapi mengingat kondisi fisik kami yang sudah tak mampu lagi  berjalan kami tetap mengeksekusi tempat tersebut, setelah tenda berdiri tak berapa lama dari ufuk Timur sedikit muncul Degradasi cahaya nan Indah berwarna kuning semu orange, itu adalah Golden Sunrise ala Sindoro. tak dapat diungkapkan keindahanya, seakan rasa ngantuk dan lelah hilang dengan sendirinya, kami berebut untuk mengambil spot terbaik untuk mengabadikan momen langka ini walaupun hanya menggunakan kamera Hp, karena tak ada yang membawa kamera digital, sangat di sayangkan sebenarnya. jujur berulang kali naik gunung inilah sunrise terindah yang pernah aku saksikan.tak berhenti terucap kata Subhanallah dari mulut ini. setelah puas menyaksikan sunrise kami mengisi perut dengan menu Nasi goreng spesial mas guntur, naik gunung ada tukang nasi goreng mungkin baru ini, maklum Bapaknya guntur adalah pengusaha sukses nasi goreng di Semarang, jadi dari rumah dia sudah mempersiapkan bumbunya, sedangkan nasi kami membelinya waktu di basecamp, angga kebetulan juga bawa kerupuk tengiri mentah yang siap di goreng, jadi lengkap sudah kenikmatan kami sarapan pagi itu, Nasi goreng lauk kerupuk tengiri....Sadaaaap. setelah kenyang kami memutuskan untuk tidur sebentar sebelum summit attack.

Kenang-kenangan dari POS 3 dengan kamera HP :

Golden Sunrise

Menikmati Indahnya Sunrise

Subhanallah

Sumbing, Merapi merbabu, Telomoyo, andong




Golden sunrise

Inilah salah satu alasan kami naik gunung

Kebersamaan menikmati Sunrise

Sang Surya mulai menyinari Dunia

Guntur in Action Nasgor

Nasgor kerupuk tengiri spesial Sindoro

Sekitar 3 jam kami tertidur sampai pukul 08.30 pagi, saat kami baru mulai naik sudah banyak pendaki yang berjalan turun, mereka tentu saja heran dengan kami, harusnya jam segitu memang sudah waktunya turun tetapi kami malah baru akan naik, itulah akibat dari bobroknya manajemen waktu kami. lama kami berjalan seakan tak sampai-sampai di Pos 4, sedangkan hari semakin siang.matahari sudah mulai terik,  tidur cuma 2 jam setelah semalaman berjalan tentu saja menguras kekuatan fisik kami. yang mengagetkan adalah ternyata air di botol tinggal seperempat botol, sedangkan menurut mas-mas yang turun perjalanan sampai puncak masih 2 jam lagi. sedangkan kami cuma membawa satu botol untuk 6 orang, betapa cerobohnya kami waktu itu, padahal kebutuhan air merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah pendakian. Apaaaa?? akhirnya terjadi perbincangan yang tak terhindarkan lagi  ( Aku : "Edaan, terus piye iki kang, dewe ming gowo sak botol tok. jaremu seko pos 3 tkak puncak cedhak. ngumbene piye iki , Sofan : Aq lali gan, mbiyen ketoke cedhak og, Fandi : Wah brett, yen raono wedang ngene mending aku tekan kene ae, wis bersyukur aku tekan kene Sofan: Tegkee, ojo ngono fan, kowe muncak pertama mosok ra tekan puncak, mengko gampang njaluk wedange wong sik muduk). Obrolan yang jelas menunjukkan bahwa salah satu teman kami sudah mulai frustasi, melihat kondisinya sebenarnya saya juga miris, bibirnya sudah mulai pecah-pecah karena dehidrasi. berulang kali kami meminta air pendaki yang turun tapi selalu ada ucapan yang sama  "Wah mas, sudah habis e airnya, ini sedikit buat kami nanti". semakin frustasi kami melanjutkan perjalanan karena Pos 4 belum juga nampak, tapi rasa haus yang sangat seakan meruntuhkan semangat kami. tapi kami terus memompa semangat diri untuk terus berjalan.


Makan bekal

Senandung diatas awan

Menatap sumbing yang malu-malu

Fandi dan aku

Akhirnya Pos 4 berhasil kami tapaki, katanya pendaki yang turun sebentar lagi sampai puncak. kami menikmati suasana di POS 4 di tengah rasa haus yang luar biasa. dari Pos 4 ini nampak sekitar ratusan batu yang seperti ditatah, mungkin itu yang melatarbelakangi nama dari batu tatah, di sini juga kami menyaksikan hamparan  Edelweiss dan Cantigi khas Sindoro yang nampak sangat begitu  Indah, seakan menghibur kami yang lagi kehausan. di POS 4 ini kami berenam tertidur sampai 1 jam saking lelahnya.Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju puncak setelah tertidur, sekitar satu jam berjalan dan ratusan kali istirahat Alhamdullilah kami sampai Puncak, di Puncak sudah tidak ada pendaki yang lain, hanya kami berenam yang merupakan pendaki terakhir. di Puncak kawah Sindoro sudah terlihat sangat menyeramkan dengan bunyi yang menggelegar, disertai bau belerang yang sangat menyengat dan asap yang membuat mata sedikit pedas. wajar karena aktivitas Sindoro saat itu lagi naik, padahal saat hari biasa kawah nampak tenang bahkan bisa buat jadi penampung air saat hujan. terlihat keunikan Sindoro daripada gunung-gunung yang lain yaitu puncaknya yang sangat rata dan bisa di buat ngecamp bagi yang berminat, di Puncak terdapat beberapa area yang mirip Lapangan sepakbola, jika di kalkulasi katanya Luas puncak sindoro sama dengan 7 kali luas lapangan sepakbola. di Puncak terlihat Sumbing yang terselimuti awan,bahagia menatap Sumbing karena aku pernah juga sampai di Puncaknya. dari sisi lain terlihat sayup-sayup Dieng plateu, sebenarnya Ingin turun ke area kawah tapi saat itu dilarang keras. nampak wajah kelelahan dan kehausan tadi sudah tidak terlihat lagi diwajah teman-teman, mereka terlihat sangat Puas dan sangat menikmati keindahan di Puncak, apalagi saat itu di suguhi Pelangi yang sangat indah, sungguh momen yang tak akan terlupakan. Alhamdullilah sekali lagi salah satu Puncak Indonesia berhasil aku daki, sungguh pengalaman yang tak akan pernah kulupakan dan tentu akan menjadi cerita indah buat anak cucuku kelak. akhirnya tepat Pukul 4 sore setelah puas menikmati puncak dan berfoto-foto kami memutuskan untuk turun.

Kenang-kenangan di Puncak Sindoro :

Sumbing dari Puncak Sindoro

Eksis di Puncak

Negeri ini Indah Tuhan

Membelakangi Sumbing

Aku, tukang Nasgor dan Angga

Kawah Sindoro

Sumbing terselimuti awan

Puncak saat itu milik kami

Senandung diatas awan

Kawah Sindoro

So Sweet

Amazing

Saat akan turun, Selamat tinggal Puncak !!

-SALAM LESTARI-








No comments:

Post a Comment