Thursday 3 November 2016

Catatan Pendakian Gunung Rinjani 3.726 Mdpl Via Sembalun


Bagi para Pendaki ada beberapa Gunung di Indonesia yang masuk kategori sebagai Gunung Impian untuk menggapai puncaknya , Mulai dari Semeru, Kerinci, Argopuro, Rinjani, hingga Cartenz Pyramid, ada pula yang mengelompokkan menjadi Seven Summit of Indonesia, yaitu misi mendaki 7 Gunung tertinggi di Indonesia yang tak semua pendaki punya impian ini. tapi khusus untuk Gunung Rinjani saya yakin semua Pendaki Nusantara mempunyai impian untuk menjamahnya, karena Pesona Rinjani memang sangat kuat untuk tidak dicoret begitu saja dari daftar Gunung yang hendak kita daki.

Tapi persoalan bagi para pendaki Rinjani adalah soal budget dan waktu yang tentu saja tidak segampang mengatur Gunung-gunung lain di Pulau Jawa. Untuk Budget kita harus punya tabungan aman minimal 3 juta dan waktu yang diluangkan maksimal 1 minggu untuk para pendaki dari Jawa barat dan Jawa tengah.  untuk masalah biaya mungkin aman bagi para pekerja, tapi untuk waktu nanti dulu. sebaliknya buat para mahasiswa atau jobseeker waktu mungkin aman tapi untuk biaya mereka pasti masih mikir-mikir. belum mengatur schedule dari rekan mendaki kita yang tentu tidak mudah disatukan. maka butuh Perencanaan dan Manajemen waktu yang sangat matang untuk sampai ke Rinjani. itu salah satu faktor mengapa Rinjani sangat diidam-idamkan oleh para pendaki yang tentu saja selain Faktor Keindahanya yang mutlak.

Baca Juga : Mendaki Sumbing via Bowongso 

Pesona Rinjani via Sembalun

Beruntung pada bulan Mei 2016 yang lalu saya bersama 6 rekan seperjuangan waktu kuliah di Undip berhasil mewujudkan impian itu, yaitu menikmati keindahan Gunung Api tertinggi kedua di Indonesia ini. berawal dari obrolan ringan di Grup BBM, ada salah satu teman yang mengajak mendaki bersama Rinjani, walau pada awalnya ada yang masih berpikir panjang tapi satu minggu setelah obrolan ringan itu kami bertujuh sepakat dan segera bertemu untuk rapat dan membahas Plan pendakian, Logistik, transportasi,dll. singkatnya dari hasil rapat kami memutuskan untuk mendaki via sembalun , kemudian menumpuk uang awal untuk logistik dan transport dari mataram ke sembalun. untuk urusan transport ini kami sudah pesan dengan guide transport yang CP nya kami dapat di Internet, kalau tidak salah Rp 1.200.000 Pulang-pergi.

Semrawut team (sofan,setyo,fandi,guntur,gsleh,rikki,dhita)
Berhubung ada perbedaan pendapat yang tidak menemukan titik temu soal Transport dari Semarang ke Mataram maka kami putuskan untuk menentukan jenis transportasi yang akan di Gunakan untuk ke Mataram itu secara individu, asal kami sampai di Mataram pada Kamis siang karena rencana awal kami akan mendaki pada Kamis sore. aku dan temanku Guntur memutuskan untuk naik bus Safari Dharma Raya dari Solo untuk meminimalisir Budget dengan berngkat selasa sore, lalu 3 temanku Sofan, Setyo, dan Fandhi berangkat rabu Sore naik bus dari Semarang ke Surabaya lalu naik Lion Air dari Surabaya ke Mataram pada Kamis Paginya, 2 orang temanku yang lain Galeh dan Rikki berhubung anaknya Konglomerat kaya raya naik Garuda pada kamis Paginya. kami semua sepakat untuk bertemu di Mataram pada kamis siang.

Awal Pendakian

-Kamis 4 Mei 2016, Mataram-Sembalun
Singkatnya karena naik bus dan berangkat duluan aku dan temanku Guntur sampai di Mataram pada Rabu  tepatnya pukul 12 malam, di sana sudah ditunggu mas Dimas, guide yang mengantar kami ke Sembalun. berhubung kelima teman kami masih sampai pada kamis siangnya, maka kami ditampung dulu di kos nya untuk beristirahat. kamis paginya aku dan guntur mendapat tugas untuk belanja logistik sayuran dan buah-buahan yang kebetulan mudah ditemui di lingkungan kos tempat kami menginap, Menjelang siang kami menjemput Mereka di Bandara Internasional Lombok dan meneruskan perjalanan menuju Basecamp Sembalun. sampai di Sembalun sudah petang dan ternyata aturan Basecamp tidak memperbolehkan pendakian di malam hari dengan alasan rawan tersesat saat di Sabana sebelum Pos 1, kami masih berusaha nego tetapi tetap tidak diperbolehkan oleh pihak basecamp, maka kami terpaksa harus mengeluarkan budget tambahan untuk menginap di penginapan, karena memang tidak diperbolehkan untuk mendirikan tenda dilingkungan basecamp.

Rinjani menarik banyak Turis asing

Setelah mendapat penginapan di sekitar Basecamp, kami membersihkan diri, membagi logistik kemudian beristirahat untuk mempersiapkan fisik buat summit pada keesokan harinya. Paginya ada sedikit beda pendapat lagi tetang penggunaan porter, temanku sofan mengusulkan porter untuk mengurangi beban ceril, fandi, galeh dan rikki setuju tetapi aku, setyo, guntur masih mau menghargai usaha sendiri, akhirnya mereka menyewa porter untuk berempat, sedangkan jatah logisik utuk kami bertiga ditanggung sendiri.

Basecamp Sembalun

di pick up

-Jum'at 5 Mei 2016, Sembalun-Pelawangan
Pagi itu langit sembalun sangat cerah dengan Rinjani nampak gagah menampakkan pesonanya. Setelah registrasi dan lain-lain kami melakukan start Pendakian pada pukul 8 pagi. dari Basecamp kami naik Mobil Bak terbuka untuk menghemat waktu dari Basecamp ke Gerbang awal pendakian karena memang jaraknya cukup jauh, bila jalan kaki bisa memakan waktu  4 jam an sedangkan dengan mobil bak terbuka cukup 15 menit saja. setelah sampai gerbang pendakian seperti biasa Foto-foto menjadi menu wajib kemudian berdo'a agar perjalanan nanti lancar tanpa ada halangan suatu apa.

Pose saat masih segar

Trek pendakian awal akan didominasi oleh turunan dan tanjakan ringan yang cukup menguras fisik awal kami, setelah itu perjalanan akan di dominasi oleh hamparan padang sabana yang sangat indah nan hijau, Rinjani sudah didepan mata tetapi ternyata trek awal dibuat menyamping Gunung, tidak langsung menuju punggung gunungnya dengan jalan setapak yang bercabang banyak. tak heran bila pendakian dilarang pada waktu malam hari, karena tentu akan sulit menentukan jalur yang tepat.

Sabana view Sembalum

Sabana yang aduhai

Setelah beberapa kali beristirahat untuk minum, foto-foto dll akhirnya kami sampai juga di Pos 1 pada pukul 10 pagi. waktu tempuh antara gerbang awal pendakian menuju Pos 1 adalah 2 jam. setelah beristirahat cukup di Pos 1 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2, persis seperti sebelum sampai Pos 1 perjalanan menuju Pos 2 masih di dominasi oleh Sabana yang indah, waktu tempuh dari Pos  1 menuju Pos 2 adalah 1 jam. sebelum sampai Pos 2 juga ada mata air apabila kita ingin menambah bekal air. setelah dirasa cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Pos 3 , setelah Pos 2 ini baru mulai mendaki punggung Rinjani yang sebenarnya, menghabiskan sabana lalu perjalanan akan mulai sedikit terjal dengan jalan berbatu, walau begitu keindahan sabana dan sembalun dari kejauhan akan sangat mempesona mana kala kita menoleh ke belakang, itu artinya perjalanan sudah sedikit berada di titik ketinggian yang sebenarnya setelah dari gerbang awal pendakian di buat menyamping gunung.

Bahagia itu "sederhana" 
di POS 1


Penampakan di Pos 1

Pose bersama bule di POS 2

Pos 2 dalam satu frame

Setelah hampir berjalan sekitar 3 jam kami tiba di Pos bayangan 3, tetapi dari Pos bayangan ini Pos 3 sudah kelihatan, maka kami beristirahat di sini sambil bercengkerama dengan pendaki yang baru saja turun. dari Pos ini 7 bukit penyesalan rinjani kelihatan nampak jelas dengan kemiringan yang curam, ya ....7 bukit yang harus kita semua lalui sebelum mencapai Pelawangan, tempat dimana rencana kami akan membuka tenda untuk pertama kali. perjalanan kami lanjutkan menuju Pos 3, di sini sudah banyak pendaki yang membangun tenda dan banyak pula yang memasak, tak kuat akan godaan bau masakan pendaki lain kami pun akhirnya ikut masak, karena memang perut kami sudah sangat lapar dan tentu butuh amunisi untuk melalui 7 bukit penyesalan.

Bersama bule australia

Kalimati sebelum Pos 3

Penampakan Pos 3

setelah mengisi perut dan lain sebagainya kami melanjutkan perjalanan untuk mendaki yang sebenarnya,  kabut kala itu sudah mulai turun dengan angin sepoi-sepoi, perut memang kenyang tapi justru menambah rasa kantuk yang cukup lumayan, satu persatu bukit kami lalui dengan puluhan kali beristirahat, kadang bertanya pada porter atau para pendaki yang baru turun, "pelawangan masih lama mas?". kalimat itu berulang kali keluar dari mulut teman-temanku maupun mulutku sendiri, padahal bila menghitung bukit yang kami lalui baru 2 dari total 7 bukit yang kami lalui,...jauh panggang dari api .dalam hati sedikit membenarkan mengapa 7 tanjakan ini dinamakan 7 bukit penyesalan.

Penampakan 7 Bukit Penyesalan

itu dia .....Jalur Pasir menuju Puncak setelah pelawangan

Beban berat 

Akhirnya tepat pukul 5 sore kami sampai di Pelawangan, disambut senja yang sangat menawan dengan gradasi warna yang elok dipadukan dengan Segara anak yang sudah terlihat mempesona dari Pelawangan. kami bergegas membangun tenda setelah berfoto ria tentunya, merayakan keberhasilan kami melalui 7 bukit Penyesalan.

hampir sampai Pelawangan

bang sofan bersama awan

Bang Setyo bersama senja

Jika kami bersama 

pelawangan

-Sabtu 6 Mei 2016 , Pelawangan-Puncak Rinjani
Tenda sudah berdiri, masakan dengan menu penuh gizi juga sudah siap saji untuk disantap bersama-sama,setelah santapan habis kami bercengkerama membahas perjalanan yang telah kami lalui dan yang akan kami lalui nanti walau dengan badan pegal-pegal tapi penuh nuansa tawa bahagia. perjalanan akan mendekati separuh akhir yaitu Puncak Rinjani, pada awalnya kami berniat turun ke Segara anak setelah turun dari puncak tapi mengingat kondisi fisik dan waktu yang mepet dengan tiket pesawat yang sudah kami booking jauh-jauh hari yaitu pada minggu siang 7 Mei 2016, akhirnya kami legowo untuk melewatkan Segara anak, agar kelak apabila ingin kembali menyapa Rinjani ada misi yang membuat semangat yaitu mampir ke segara anak.

Senja di Pelawangan

Kami pesan pada mas porter untuk membangunkan kami pada pukul 12 malam, yaitu waktu dimana kami bersiap untuk summit ke puncak agar bisa melihat sunrise di Puncak. tapi kadang rencana memang susah dijalankan secara kompak, tenda kami yang berisikan aku, rikki, guntur, setyo, dan mas porter sendiri bangu tepat pukul 12 malam tetapi tenda yang berisikan sofan, fandi, dan galeh nampaknya masih belum mau beranjak dari tenda nyamannya, mereka kami bangunkan tapi mungkin saking lelahnya karena memang ketiga anak ini memiliki berat tubuh yang diatas rata-rata menyuruh kami berempat untuk berngkat ke puncak duluan. dengan berat hati dan memng ambisi kami berempat waktu itu begitu tinggi untuk melihat sunrise di puncak akhirnya kami berangkat dulu, tak lupa pesan pada mas porter untuk membangunkan mereka bertiga pada pukul 3 pagi.

muka kusam

Jam setengah 1 malam kami start dari pelawangan dan masih belum banyak pendaki yang bangkit dari tendanya, setelah pelawangan akan langsung disambut oleh pasir yang masih padat. setelah itu pendakian akan sedikit landai menyamping ke arah kiri karena kalau lurus sudah wilayah kubangan segara anak, walau berangkat duluan dari atas sudah banyak pendaki yang mulai beranjak dan karena kami yang terlalu santai banyak pendaki yang mulai mendahului langkah kami. trek menuju puncak sangat panjang dan berpasir dalam, kami puluhan kali beristirahat dan bahkan sampai tertidur berulang kali karena tak kuasa menahan rasa capek dan hawa dingin yang menusuk tulang. setengah perjalanan pendakian akan semakin menanjak berpasir dengan kemiringan hampir 70 derajat. sampai dititik ini waktu itu pukul 4 pagi, artinya kami sudah menghabiskan 3,5 jam perjalanan.

Beauty .....

Ternyata perjalanan malam yang tanpa beban ceril ini sepakat kami rasakan bahwa lebih berat dari melalui 7 bukit penyesalan dengan beban ceril, entah itu efek malam, dingin atau rasa kantuk atau apa tapi kami merasa perjalanan kami tak menemui titik temu. pada titik ini juga banyak pendaki yang kehabisan bekal air dan ada pula yang memutuskan turun, karena kami sudah banyak belajar dari kekurangan air dari pendakian-pendakian sebelumnya sehingga kami cukup membawa air yang masih bisa kami berikan kepada pendaki yang kehabisan air. kami terus mendaki dengan semangat membara, karena memang pendakian kami rasa akan mendekati puncak, tapi lagi-lagi Rinjani mematahkan hati kami sementara. karena suasana gelap dan tidak bisa melihat jalur pendakian, kami melihat diatas nan jauh di langit sana ada banyak bintang yang menggerombol tak wajar, tetapi setelah diperhatikan secara seksama dibumbui perdebatan konyol kami berempat tenyata gerombolan cahaya itu bukan bintang, tetapi cahaya lampu senter para pendaki yang sudah mencapai puncak. itu artinya perjalanan kami masih sangat jauh, dan semakin mendekati puncak pasir dijalur pendakian semakin dalam kami injak dan kemiringan semakin curam saja. kami yang tadinya kompak jalan berempat tercecer satu persatu, setyo sudah meroket duluan hilang dalam gelapnya pagi yang masih gelap itu, aku diposisi dua, berturut-turut rikki dan guntur berada diposisi bontot, sedangkan ketiga teman kami entah bagaimana nasibnya. akhirnya setelah melalui itu semua, pukul 5 pagi tepat aku mencapai Puncak Rinjani yang ternyata sudah begitu ramai.


Sedikit lagi ....

Aku mencari setyo yang sudah sampai puncak duluan, tak sulit menemukan wajah konyol nya karena ia menunggu di jalur pendakian yang mendekati puncak. 2 rekan kami masih belum kelihatan juga. Sunrise sudah mulai menampakkan keindahanya, dengan latar belakang laut lombok yang sangat luar biasa indahnya dan memang kondisinya sangat cerah tanpa adanya gangguan awan yang menghalangi. aku dan setyo langsung jeprat-jepret tak ingin melewatkan momen bersama pendaki lainya yang kebanyakan bule, walau rasa dingin sangat luar biasa pagi itu. setelah matahari sudah sedikit naik rikki dan guntur sampai juga di Puncak dengan wajah lusuhnya, ternyata mereka berdua menikmati sunrise di jalur di bawah puncak.

Sunrise rinjani

Background laut

Akhirnya kami berempat bisa bersama-sama menikmati keindahan puncak rinjani walau tanpa mereka bertiga yang mungkin masih berjuang menuju puncak. kami berkeliling di Puncak Rinjani yang ternyata bergelombang disetiap sisinya, tidak rata seperti Mahameru. di sisi timur adalah puncak utama dengan View Segara anak yang sungguh Indah tiada tara, juga landscape jalur yang telah kami lalui dari Pelawangan menuju puncak, ternyata memang sangat panjang berliku. 1 jam kami menikmati keindahan Puncak  tetapi ketiga teman kami belum juga menampakkan batang hidungnya, akhirnya kami berempat memutuskan turun. ditengah-tengah perjalanan turun barulah kami bertemu mereka bertiga, ketawa-ketawa sambil mengejek bercanda kami bilang untuk tunggu mereka di Pelawangan. sampai Pelawangan kami sudah disambut masakan mas porter yang sangat baik hati, sambil beristirahat kami menunggu Mereka bertiga yang sedang berjuang dalam keindahan Puncak Rinjani.

Segara anak dari Puncak utama

akhirnya

Mempesona . . . .

Kenangan masa muda

Biar kekinian

Kelak kami akan kembali menyapamu lagi


SALAM LESTARI

No comments:

Post a Comment